Tahun 2024, Karet PTPN I Prospektif Bangkit

BANDAR LAMPUNG—Lima tahun lebih berjibaku dengan virus pestalotiopsis, defisit biaya, dan rendahnya harga,  PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I), salah satu Subholding dari Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), optimistis komoditas karet bangkit pada 2024. Pernyataan itu disampaikan Fauzi Omar, Direktur Operasional PTPN I saat membuka Rencana Kerja Operasional (RKO) Komoditas Karet di Regional Office PTPN I Regional 7 (Regional 7), Bandar Lampung, Kamis (1/2/24). Keyakinan Fauzi didasari tiga hambatan krusial yang selama ini mengganggu kinerja karet sudah pulih saat ini.

“Ini adalah RKO komoditas karet pertama setelah terbentuknya Subholding PTPN I dan menjadi era baru untuk kebangkitan kita. Alhamdulillah kita relatif sudah lepas dari pesta (virus pestalotiopsis), pembiayaan juga sudah normal, dan harga juga sudah naik. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak bangkit,” kata Direktur yang pernah menjabat sebagai SEVP Operation I PTPN VII itu.

RKO Komoditas Karet ini diikuti seluruh Unit Kerja/Regional yang memiliki komoditas karet. Hadir beberapa pejabat utama di lingkup PTPN I, Kadiv Tanaman dan Pengolahan Komoditi Karet Hendra Putra, SEVP Operation dari Regional 2, Iyan Haryanto, Regional 3 hadir Budiyono, dan Regional 5 Asep Sontani. Sementara itu Tim dari Regional 7 Denny Ramadhan sebagai Regional Head bersama SEVP Operation Wiyoso dan SEVP Business Support Okta Kurniawan yang menjadi tuan rumah. Para pejabat di masing-masing Regional tersebut membawa tim teknis yang siap mengimplementasikan arah kebijakan yang diberikan dalam RKO.

Pada sambutan pembukaan, Fauzi Omar menyampaikan tantangan korporasi dengan memberikan beberapa opsi. Opsi perubahan, kata dia, adalah pilihan paling krusial yang harus dijawab oleh seluruh elemen dengan kerja nyata dan sesungguhnya.
“Dengan terbentuknya Subholding di PTPN Group, ini menjadi era baru bagi kita semua. Pada komoditas karet, kinerja kita selama ini tidak maksimal karena punya alasan mendasar. Yakni, serangan virus pestalo, kurangnya biaya operasional, dan harga jual yang rendah. Saat ini masalah itu sudah lewat. Maka, challenge dari Manajemen adalah ‘berubah atau punah!’ Dan pilihan kita sudah jelas. Berubah,” kata dia.

Membuka data, Fauzi menyebut kinerja karet selama ini masih jauh dari target. Dari 51 kebun (unit) yang ada di PTPN I yang mengelola karet, hanya lima kebun yang membukukan kinerja terbaik dengan kategori Zona Emas. Dan lebih mengkhawatirkan lagi, 18 kebun masuk Zona Hitam alias berkinerja buruk.
“Kinerja selama ini tidak maksimal bisa dimaklumi karena kondisinya memang kurang sehat. Tetapi mulai sekarang, tidak ada alasan lagi. Semua kebun harus melompat, ya bukan sekadar naik. Kalau tidak, ada risiko besar. Dan saya pastikan, dengan kondisi biaya yang dicukupi, kita bisa. Dengan catatan, kita berani berubah,” kata dia.
Dengan bahasa sistematis, Fauzi telah menyiapkan beberapa langkah strategis untuk “melompat” di komoditas karet. Antara lain, harus dilakukan klusterisasi hancak, penilaian menyeluruh terhadap tenaga sadap dinas, penggalian produksi dengan eksploitasi areal tidak produktif, menekan harga pokok, dan penyesuaian premi pekerja berdasarkan prestasi.
Di off farm, ia juga menggarisbawahi beberapa hal usai mengunjungi pabrik di Kebun Kedaton Regional 7. Menurutnya, seiring penggabungan semua unit yang mengelola pabrik karet harus bertukar informasi, teknologi, pengalaman, inovasi, dan seluruh keunggulan yang dimiliki. Sehingga, semua pabrik akan memiliki produktivitas yang sama tinggi, menghasilkan mutu produk terbaik, dan efisiensi yang maksimal.
“Seperti di Pabrik Kedaton tadi, ada efisiensi bahan bakar kayu di kamar asap dengan penambahan satu unit blower. Saat ini perusahaan siap dengan investasi untuk perbaikan sistem. Tentu, itu ada hitung-hitungannya. Kita siapkan untuk menyediakan blower itu di semua pabrik,” kata dia.

Di akhir sesi presentasi dan pembahasan materi, seluruh peserta menyatakan optimistis tahun 2024 sebagai tahun kebangkitan. Masing-masing pejabat yang memiliki kebun dengan kinerja pada kategori “zona hitam” bertekad “melompat” ke zona yang lebih baik. Tekad tersebut didukung oleh atmosfer alam maupun manajemen yang cukup mapan untuk mencetak prestasi.
“Kami optimistis bisa meraih kinerja yang lebih baik tahun ini. Sebab, kendala-kendala fundamental yang selama ini mengganggu sudah teratasi. Tiga kendala utama seperti yang disampaikan Pak Direktur tadi sangat mendasar, yakni virus pestalotiopsis, ketersediaan biaya operasional, dan harga yang sekarang cenderung naik. Insyaalloh kami segera bangkit,” kata Wiyoso, SEVP Operation Regional 7. (*)

Berita Terbaru